Teruntuk sang
penggenggam surga ku,
Izinkan diri ini
memulai dengan segudang kata tertulusku
Seuntai pengampunanku untukmu.
Maafkan,
Maafkan aku jika keputusanku
membuatmu repot tak menentu
Maafkan aku jika
kini tak ada lagi banyak waktu
Aku bahkan tak pernah
tahu
Apakah aku sanggup melewati
Atau justru terkapar
mati
Yang kutahu, doamu
selalu menguatkan tekad di hati
Kau tahu?
Terkadang aku
berfikir lebih baik mundur teratur
Berbalik arah agar
aku tak pernah menemui impian yang berbentur
Namun lagi-lagi
teduhnya wajahmu senantiasa mendorongku maju
Bahkan aku sanggup
berlari layaknya tengah bertempur
Teruntuk sang
penggenggam surga ku,
Kini diri ini telah
tumbuh dewasa
Bahkan hampir kepala
dua
Dan akupun telah
banyak mengenal dunia
Namun bolehkah aku
berhenti dari rutinitas yang amat menyiksa?
Aku hanya ingin
bersamamu
Belajar memasak
hingga menjahit baju
Menanti tiap senja
hanya denganmu
Tidak dengan
manusia-manusia yang pandai beradu
Aku lelah
Bahkan teramat lelah
Bolehkah aku
menyandarkan kepalaku di pangkuanmu?
Bisakah kau
meninabobokanku dengan belaian hangatmu?
Berjanjilah,
Engkau akan tetap
menemaniku,
Disini bersamaku,
Hanya bersamaku,
Membasuh lesu
jiwaku,
Hingga nyanyian
syahdumu memejamkan mataku
Dan melelapkan
tidurku